Jamaah Calon Haji (JCH) dari berbagai daerah kini tengah mempersiapkan diri untuk keberangkatan ke Tanah Suci. Salah satu tahapan penting dalam proses ini adalah penyerahan koper yang berisi perlengkapan yang diperlukan selama menjalankan ibadah haji.
Pada hari Senin (19/5/2025), pengumpulan koper resmi dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama setempat. Koper yang dihias dengan beragam penanda unik menjadi ciri khas agar tidak tertukar dengan milik jamaah lain. Hal ini menjadikan situasi seru saat para jamaah menyerahkan barang-barang mereka.
Proses Penyerahan Koper oleh Jamaah Calon Haji
Proses penyerahan koper oleh JCH menjadi ritual yang penuh harapan dan semangat. Koper ukuran 26 inci yang mereka bawa sudah dilengkapi dengan beragam ornamen seperti selendang, pita, dan boneka kecil. Penandaan ini bukan hanya untuk memudahkan identifikasi, tetapi juga menambah nilai emosional bagi para jamaah.
Menurut Kepala Kemenag setempat, pengumpulan koper ini merupakan bagian dari kloter yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kloter memiliki jumlah jamaah yang bervariasi. Khusus untuk kloter yang memiliki jumlah sedikit, koper akan dibawa langsung oleh jamaah saat berangkat. Ini menunjukkan adanya perhatian khusus terhadap setiap jamaah agar perjalanan mereka nyaman dan aman.
Aturan dan Persiapan yang Harus Dikenal Jamaah
Dalam setiap tahap persiapan, terdapat aturan yang harus diikuti oleh para jamaah. Misalnya, bobot maksimum koper yang boleh dibawa tidak boleh melebihi 32 kilogram. Aturan ini bertujuan untuk memudahkan proses pengangkutan dan memastikan bahwa semua barang dapat ditangani dengan baik.
Selain masalah berat, Kemenag juga memberikan penekanan bagi jamaah untuk tidak membawa barang-barang berbahaya, serta batasan untuk benda cair dan rokok. Edukasi mengenai aturan-aturan ini dilakukan melalui kegiatan manasik massal untuk memastikan semua jamaah memahami dan mematuhi ketentuan yang ada.
Salah satu JCH, Masrokah, warga setempat yang berusia 40 tahun, mengungkapkan keseruannya saat menyerahkan koper. Ia mempersiapkan sambel dan ikan teri sebagai bekal pribadi, dengan khawatir tidak mendapatkan makanan khas dari kampung halamannya selama di Tanah Suci. Cerita dan pengalaman seperti ini menunjukkan bahwa perjalanan haji tidak hanya sekadar ibadah, tetapi juga mengaitkan rasa cinta terhadap daerah asal dan budaya lokal yang ingin dibawa serta.