Dalam rangka memperingati Hari Jadi Warunggahan ke-717, Desa Prunggahan Wetan menggelar Papringan Festival dengan menampilkan kirab budaya di pelataran Masjid An-Nur Dsn Banaran, Minggu sore (19/6/2022).
Acara ini tidak hanya merayakan sejarah, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam kekayaan budaya yang telah menghiasi desa selama bertahun-tahun. Kirab budaya ini menjadi momen penting untuk mengingat kembali tradisi dan nilai-nilai yang telah ada.
Partisipasi Masyarakat dalam Kirab Budaya
Masyarakat desa secara aktif berpartisipasi dalam acara ini, menciptakan suasana yang meriah dan penuh semangat. Ketua Panitia Festival Papringan, Herman Susanto, mencatat bahwa sekitar 654 peserta hadir dalam kirab budaya tersebut. Keterlibatan warga menunjukkan keinginan kuat untuk melestarikan budaya lokal, meski jumlah RT di Prunggahan Wetan hanya 11.
“Antusiasme masyarakat luar biasa. Meskipun kami hanya memiliki 11 RT, jalur antrian peserta sangat panjang. Ini menunjukkan bahwa semua orang ingin ikut berkontribusi dan merasakan momen bersejarah ini,” ujarnya. Moment ini menjadi pengingat bahwa budaya bukan hanya milik segelintir orang, tetapi milik kita semua.
Pentingnya Mewarisakan Sejarah kepada Generasi Muda
Acara kirab budaya ini tidak hanya sekedar perayaan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda. Herman Susanto ingin agar generasi penerus mengerti sejarah desanya. “Sungguh disayangkan jika generasi muda tidak tahu sejarah desanya. Ini adalah identitas kita, seperti halnya kita sebagai warga daerah tidak tahu sejarah kota kita sendiri,” tuturnya.
Momen ini juga melibatkan banyak kalangan, dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa, yang bertindak sebagai tokoh-tokoh dalam sejarah lokal. Dengan mengenalkan tokoh-tokoh seperti R.A Dhandang Wacono dan Sri Huning, para peserta diajak untuk merefleksikan nilai-nilai perjuangan dan kebangkitan masyarakat. Ini adalah cara menarik untuk membangkitkan rasa cinta tanah air dan menghargai sejarah.
Seperti yang diungkapkan oleh Mia (21), salah satu warga Desa Bejagung, keikutsertaannya dalam kirab budaya ini adalah untuk refresing sekaligus mengetahui lebih jauh mengenai tradisi. “Saya tahu tentang acara ini dari story WhatsApp teman-teman. Mumpung libur kerja, saya ajak ibu dan adik untuk melihat pertunjukan,” ungkapnya penuh semangat.
Dengan antusiasme yang tinggi dari berbagai kalangan, kirab budaya ini menghasilkan pengalaman berharga yang menguatkan identitas budaya lokal serta mendorong rasa kecintaan terhadap daerah. Perayaan ini dapat menjadi contoh bahwa budaya dan tradisi harus terus dipelihara agar tidak hilang ditelan zaman.
Melalui acara ini, semoga masyarakat semakin menyadari pentingnya melestarikan budaya daerah. Kirab budaya bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga sebuah jembatan bagi generasi sekarang dan yang akan datang untuk mengenal serta menghargai warisan budaya leluhur mereka.