Usia senja adalah fase yang seharusnya dipenuhi dengan kebahagiaan, kenangan manis, dan kedekatan dengan keluarga. Namun, ada juga kisah-kisah yang menggugah empati, seperti yang dialami oleh seorang pria bernama Ngasiman, 65 tahun, yang tinggal sendirian di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota.
Ngasiman telah menetap di rumah tersebut selama kurang lebih 40 tahun. Setelah kehilangan istrinya satu bulan yang lalu, hidupnya terasa sepi dan sunyi. Tidak ada anak yang menemani, dan kini ia harus menghadapi hari-harinya seorang diri.
Menghadapi Kesepian di Usia Tua
Kehidupan Ngasiman menggambarkan situasi yang dialami banyak lansia yang kehilangan pasangan hidup. Tanpa anak, Ngasiman merasakan beratnya hidup sendirian. Ia mencari nafkah dengan melakukan pekerjaan serabutan, seperti menjadi kuli. “Jika ada yang mengajak bekerja, saya lakukan. Jika tidak, ya merawat kambing yang saya pelihara,” ujarnya ketika ditemui di rumahnya.
Data menunjukkan bahwa pada usia lanjut, banyak individu mengalami isolasi sosial, dan ini sangat berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka. Ngasiman adalah contoh nyata bagaimana kurangnya dukungan sosial dapat membuat seseorang merasa terasing. Meski di lingkungan ini terdapat masyarakat yang cukup peduli, seperti yang diungkapkan oleh tetangganya, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Kondisi Sosial dan Keterbatasan Akses Bantuan
Sangat disayangkan, Ngasiman mengaku tidak pernah menerima bantuan dari instansi pemerintah terkait. “RT saya tidak peduli terhadap warganya, jadi saya tidak pernah mendapatkan bantuan apa pun,” jelasnya dengan nada penuh harapan bahwa akan ada perhatian lebih dari lingkungan sekitar.
Kisah ini memperlihatkan pentingnya peran komunitas dan pemerintah dalam memberikan dukungan kepada lansia. Tanpa adanya sistem yang mendukung, banyak lansia yang seperti Ngasiman terpaksa berjuang seorang diri. Masalah ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab sosial. Semua pihak harus berkontribusi untuk menjaga kesejahteraan lansia, agar mereka tidak merasa sendirian dan terpinggirkan.
Menarik untuk diperhatikan, ada beberapa inisiatif di berbagai daerah yang berusaha meningkatkan kualitas hidup para lansia. Keterlibatan masyarakat dalam mengorganisir program-program dukungan bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka. Misalnya, penggalangan dana untuk memberikan bantuan kepada lansia yang kesulitan, atau kegiatan rutin di masyarakat yang melibatkan partisipasi lansia.
Meluangkan waktu untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan, atau sekadar memberi perhatian merupakan langkah kecil yang bisa membuat perbedaan besar. Seperti yang diungkapkan salah satu tetangga Ngasiman, bahwa seringkali ada orang yang datang untuk sekadar minum kopi di rumahnya. “Kadang orang membeli kopi, tapi sebenarnya lebih ingin memberikan sedikit rejeki untuk Mbah Ngasiman,” ungkapnya.
Inisiatif kecil seperti ini, meskipun tampaknya tidak signifikan, bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang lansia yang merasa terasing. Kita semua dapat berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai setiap individu, terutama mereka yang sudah memasuki usia lanjut.