Tradisi sedekah bumi, yang dikenal juga sebagai “Manganan”, di Sendang Pemandian Bektiharjo adalah sebuah ritual turun-temurun yang menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya lokal. Tujuan utamanya adalah untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT atas melimpahnya sumber mata air di Desa Bektiharjo.
Acara sedekah bumi yang diberi nama Manganan Sedekah Bumi ini, dilaksanakan di Area Pemandian Sendang Bektiharjo, Kecamatan Semanding, dan diikuti oleh warga dari desa-desa sekitarnya, seperti Prungguhan Kulon, Prungguhan Etan, Semanding, dan Dawuharjo. Dengan beragam makanan dan minuman yang disajikan, ritual ini tidak hanya menjadi ajang syukur tetapi juga momen mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Proses dan Rangkaian Tradisi Manganan
Rangkaian kegiatan sedekah bumi dimulai sejak pagi dengan prosesi Manganan atau makan besar yang diadakan oleh warga secara bergantian dari desa-desa sekitar. Masyarakat berkumpul dari pagi untuk mempersiapkan berbagai makanan, sebuah cerminan dari kebersamaan dan gotong royong. Prosesi ini berlangsung mulai dari jam 7 pagi sampai jam 9, dengan warga desa Prungguhan Kulon dan Prungguhan Wetan sebagai pemandu acara, diikuti oleh warga desa Bektiharjo dan Semanding yang tak kalah semarak.
Hartono, seorang pemangku atau juru kunci pemandian, menekankan pentingnya tradisi ini. “Tradisi ini adalah tradisi rutin yang ditetapkan pada hari Rabu pon, pada tahun ini jatuh pada tanggal satu bulan Mei, yang bisa maju atau mundur sesuai hasil musyawarah,” ungkapnya. Dalam acara tersebut, setiap warga turut berkontribusi dengan membawa makanan dari rumah seperti nasi, lauk-pauk, dan buah-buahan. Semua bahan makanan tersebut dikumpulkan oleh panitia dan dibagikan kepada masyarakat serta berbagai binatang yang ada di sana, menciptakan suasana harmonis dan penuh suka cita.
Harapan di Balik Tradisi
Warga yang berpartisipasi memberikan kesan mendalam terhadap tradisi ini. Seperti Ibu Lampun, seorang warga setempat yang mengungkapkan harapannya. “Saya rutin mengikuti tradisi ini, hari ini saya bawa nasi dan lauk-pauk, semoga dari sedekah bumi ini kita semua diberkahi dengan kesehatan, rezeki yang melimpah, dan sumber air yang lancar,” ujarnya. Pernyataan ini menggambarkan harapan bersama yang tertuang dalam setiap sendok makanan yang dibagikan dan setiap tawa yang bergema di antara warga.
Tradisi ini lebih dari sekadar acara; ini adalah simbol persatuan dan kolaborasi masyarakat dalam menjaga keharmonisan lingkungan. Event ini menarik perhatian bukan hanya dari warga setempat tetapi juga dari pengunjung luar yang ingin menyaksikan langsung keindahan dan kekayaan budaya lokal. Kesadaran akan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan semakin memperkuat rasa cinta terhadap budaya dan lingkungan.
Dengan adanya acara seperti Manganan, masyarakat tidak hanya menikmati sajian makanan, tetapi juga membangun relasi sosial yang positif. Setiap tahun, semakin banyak orang yang terlibat dalam tradisi ini, menunjukkan bahwa semangat gotong royong masih hidup dan relevan di era modern ini. Sungguh, Manganan Sedekah Bumi di Sendang Pemandian Bektiharjo adalah contoh luar biasa dari kekuatan tradisi dalam membangun komunitas yang solid dan bersinergi.